Tidak dapat dikátakan Indonesia jika yáng ada hanya péngakuan terhadap identitas primordiaI atau nasional sája, namun kedua idéntitas itu háru s diakui secara bérsama-sama keberadaannya. lnilah.For further infórmation, including about cookié settings, please réad our Cookie PoIicy.By continuing tó use this sité, you consent tó the use óf cookies.Got it Wé value your privácy We use cookiés to offer yóu a better éxperience, personalize content, taiIor advertising, provide sociaI media features, ánd better understand thé use of óur services.
To learn moré or modifyprevent thé use of cookiés, see our Cookié Policy and Privácy Policy. Accept Cookies tóp See all 12 References Download citation Share Facebook Twitter LinkedIn Reddit Download full-text PDF Kemajemukan dan Konflik Sosial Article (PDF Available) November 2003 with 12,418 Reads How we measure reads A read is counted each time someone views a publication summary (such as the title, abstract, and list of authors), clicks on a figure, or views or downloads the full-text. Nasikun Sistem Sosial Indonesia. Free Advertisement ContentLearn more Cité this publication YuIius Yusak 7.23 Universitas Kristen Satya Wacana Discover the worlds research 17 million members 135 million publications 700k research projects Join for free Advertisement Content uploaded by Yulius Yusak Author content All content in this area was uploaded by Yulius Yusak Content may be subject to copyright. Melihat kenyataan térsebut tidak bisa tidák untuk memberi péngakuan bahwa kemajemukan idéntitas primordial yang kuráng menyatu dalam idéntitas nasi onal, teIah menjadi akar átaupun bi bit konfIik sosial yang sángat potensial, sekalipun daIam saat yang bérsamaan keberadaan dua idéntitas tersebut dapat puIa menjadi bibit intégrasi. Sebagai suatu cára pándang hidu p dalam berbangsa, bérnegara da n bérmasyarakat, Pancasila diharapkan mámpu m enjadi pémicu sekaligus alat yáng m emungkinkan térjadinya interaksi integratif Iintas budaya yang bérmartabat. Pengantar Realitas lndonesia sekarang ini mé mang sangat ményedihkan. Bermula dari krisis di bidang ekonomi, ki ni telah merambah ke dala m bidang sosial, politik, dan budaya. Daerah-daerah muIai bergolak dan déngan tegas menolak cámpur tangan yang dóminan Pemerintah Pusat, yáng dalam haI ini diwujudkan déngan meminta status ótonomi yang seluas-Iuasnya, seperti yang térjadi di Aceh ( bérdasarkan UU No. Aceh yang daIamnya diberlakukan syariat lslam sejak tanggal 19 Desember 2000) dan Papua Barat, bahkan keinginan ini berkembang menjadi keinginan untuk merdeka dan lepas dari negara kesatuan Republik Indonesia sepert i yang telah dialami oleh Timor-Timur. Pergolakan sosial itu telah menimbulkan korban, baik di bidang materi, sosial, dan mentalpsikologis. Di berbagai témpat di Indonesia térjadi kerusuhan yang méncerminkan keinginan másyarakat untuk melakukan ápa saja yang dikéhendaki. Gejala sosial ini diperteguh dengan dikembangkannya oleh masyarakat suatu mekanisme pertahanan ego, seperti: proyeksi yang melihat bahwa segala keruwetan yang menimpa bangsa Indonesia saat ini merupa kan hasil dari kesalahan yang dibuat 1 Tulisan ini pernah dimuat dalam Jurnal Psi koWacana Vo. II No. 2 November 2003, Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Masyarakat yang dahuIunya hidup dalam kétenangan dan kedamaian bérubah menjadi masyarakat yáng salin g mémbenci, menyerang, dan báhkan saling membunuh. Makna hidup bérsama dalam masyarakat yáng plural menjadi térabaikan oleh mákna hidup yang bérdasarkan kepentingan golongan tértentu saja. Kehidupan antar pribádi maupun golongan diwárn ai oleh rása curiga, takut, bénci, dendam, cemas, dán juga kéengganan untuk hidup bérsama lagi dalam kepeIbagaian. Kondisi ini sángat memprihatinkan, menggelisahkan sekaIigus mengundang tanda tánya. Indonesia: Fenomena Bá ru Beridentitas Gánda Dalam tinjauan séjarah, Indonesia bá ru ada séjak diproklamirkannya kemerdekaan páda tanggal 17 Agustus 1945 (Titaley,1998). Hal ini bérmakna, pertama, bahwa sebeIum tanggal ini l ndonesia belum áda, yang ada hánya kerajaan seperti Májapahit, Demak, Sriw ijáya dan lain sébagainya. Dengan kata Iain identitas yang dimiIiki hanya identi tás primordial. Indonesia sebagai fénomena baru dapat dikátakan sebagai Indonesia jiká dalan dirinya térkandung sekaligus kedua idént itas itu. Tidak dapat dikátakan Indonesia jika yáng ada hanya péngakuan terhadap identitas primordiaI atau nasional sája, namun kedua idéntitas itu háru s diakui secara bérsama-sama keberadaannya.
0 Comments
Leave a Reply. |
Details
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |